Selasa, 16 Agustus 2022

Pentingnya literasi keuangan bagi seorang investor dan pengusaha

 Pagi ini saya mendapatkan informasi di beranda facebook saya.

Penawaran investasi yang sangat menggiurkan, prinsip too good to be true, selalu saya jadikan filter, namun tetap saya tidak mau kehilangan peluang emas jika memang disitu bisa cetak uang.

Literasi keuangan perlu kita miliki, hitung-hitungan akunting sederhana juga wajib dimiliki oleh seorang yang menginginkan uangnya bekerja, maka saya pun langsung melakukan oret-oretan probability, apakah benar seperti apa yang dijanjikan.


Penawaran pengolahan jagung basah

Modal belanja adalah Rp 3,200 per kilo, atau Rp. 3,200,000 per ton.

Harga penjualan ketika kering adalah Rp 4,000, atau Rp. 4,000,000 per ton.

Laba yang dijanjikan Rp 750/kilo atau Rp 750.000, darimana laba tersebut muncul, kemungkinan dari  penjualan - modal atau 4000-3200, hasilnya 800.

Disini saya menemukan kejanggalan, Penawaran adalah pengolahan jagung basah, berarti jagung yang dibeli adalah basah, berapa kadar airnya ? ketika dikeringkan berapa rendemennya?

Secara janji memang menggiurkan dari modal Rp 6,400,000 kita dapat keuntungan bersih Rp 1,500,000.

Atau kurang lebih 23 % hanya dalam jangka waktu 3 hari.

Janji manis : Harga sudah pasti karena bahan baku selalu ready, pembeli yang valid dan pasti.

 Setiap pengolahan, target pengiriman 35 ton.

Setiap 3 hari modal dan profit anda cair.

Kita belum masuk ke hitung-hitungan realistis, jika memang ini benar maka dengan modal 10 juta saya sudah bisa jadi milyarder.

Dari 10 juta, saya gunakan 6 juta 400 rb untuk saya invest di perusahaan jagung tersebut.

3 juta 600 sisanya akan saya pergunakan untuk biaya akomodasi dan biaya hidup di jawa timur, wilayah jember, yang katanya tempat si pelaku usaha.

Di hari ke 3 saya sudah  mendapat modal saya kembali ditambah keuntungan sebesar Rp 1,500,000.

Jika pembeli selalu valid dan pasti berarti ada standby buyer, dan bahan baku selalu ready, maka kapan pun kita invest pasti modal kita akan berputar terus.

Anggap saya tidak pernah menarik modal yang saya miliki, saya hanya tarik keuntungannya setiap 3 hari sekali.

Hari ke 3 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 6 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 9 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 12 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 15 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 18 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 21 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 24 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 27 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Hari ke 30 invest, saya dapat Rp 1,500,000

Total yang saya dapat adalah Rp 15,000,000

Modal saya adalah Rp 10,000,000

Keuntungan bersih Rp 5,000,000

Saya bisa pulang kembali kerumah, dengan modal 6,400,000 masih belum saya tarik. 

Karena saya sudah tahu lokasinya, perizinannya dan model bisnisnya secara langsung, maka saya bisa meminta keuntungan di transfer langsung ke rekening saya.

Jika usaha tersebut berlangsung 3 bulan saja.

Maka total yang saya dapat adalah 15 juta x 3 = 45,000,000

Modal tetap tidak akan saya tarik, maka saya akan terus mendapatkan transferan setiap per 3 hari sebesar  Rp 1,500,000

Passive income ?

Iya.

Hanya saja secara logika, jika memang benar seperti itu, maka usaha tersebut tidak memerlukan investor dari luar, dari compounding aja, perusahaan bisa mendapatkan modal cuma-cuma dari perputaran uang yang pasti.

Mari kita cari faktanya


 

Jember,- Jember dikenal sebagai  salah satu Kabupaten sentra jagung di Jawa Timur. Kabupaten ini mempunyai luasan panen jagung tertinggi pada bulan Desember yakni sekitar 12.000 hektar yang mayoritas lahan pertanaman tersebut berada di lahan sawah yang sebelumnya di tanami padi. 
 
Menteri Pertanian Syahtul Yasin Limpo saat penanaman jagung sekaligus meresmikan Food Estate di Desa Umbul Pabal Kecamatan Umbu Rato Nggai Barat, Sumba Tengah beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa di beberapa sentra penghasil jagung,  produktivitas mencapai sekitar 8-9 ton per hektar.
 
"Rata-rata produktivitas jagung lokal saat ini memang masih sekitar 6,4 ton per hektar. Kita sama-sama berusaha  agar peran penting komoditas jagung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produksi dan pendapatan petani," kata Mentan SYL. 
 
Pola tanam padi-padi-palawija masih diterapkan oleh petani di Jember sehingga diharapkan minimal akan diperoleh dua keuntungan, yaitu tanah sawah akan mengalami kering sempurna sehingga memberikan aerasi yang baik bagi tanah dan menyehatkan bagi padi untuk berikutnya serta harga yang lebih baik karena panen di luar masa panen raya. 
 
Ali, salah satu petani di Jember, saat diwawancara hari Kamis (24/12) mengungkapkan saat ini petani jagung di Jember merasakan nikmatnya menjadi petani jagung, karena begitu mudahnya menjual jagung dan memperoleh harga yang baik. “Rata-rata petani di Jember menjual jagung dalam bentuk tongkol kering, ini karena kami ingin mempercepat kegiatan panen dan pasca panen, untuk mempersiapkan kembali sawah bekas tanaman jagung untuk pertanaman padi,” ujarnya
 
Diungkapkan Ali saat ini harga jual jagung tongkol kering per kg sudah mencapai Rp. 2.000 sampai Rp. 2.100. Dengan rata-rata biaya produksi per hektar Rp. 15 juta dan hasil produksi rata-rata 15 ton, maka petani memperoleh hasil dari kegiatan budidayanya sekitar Rp 15 juta per hektar.
 
Bila hasil produksi di akumulasi dalam satu kabupaten, maka selama bulan Desember 2020, Kabupaten Jember mensuplai sekitar 180.000 ton jagung tongkolan kering atau bila dikonversi menjadi jagung pipilan kering dengan kadar air 17% sekitar 90.000 ton.
 
Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Gatut Sumbogodjati mengatakan meski di luar masa panen raya, panen jagung sedang berlangsung di beberapa wilayah, tentunya akan menjadi berkah tersendiri bagi petani, karena akan memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan saat masa panen raya. 
 
Gatut menegaskan sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam meningkatkan produksi jagung dan kesejahteraan petani. Kementan terus berkomitmen menyalurkan bantuan untuk budidaya dan penanganan pasca panen. Hal ini salah satunya guna memastikan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan.
"Luas tanam kita tingkatkan, tapi produktivitas juga harus bagus. Dalam keadaan apapun pertanian kita harus tangguh. Produksi pangan hingga saat ini dan ke depan aman," ucapnya.
 
Senada dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menyampaikan bahwa  beberapa sentra produksi jagung saat ini sudah bisa mencapai target produktivitas 8 hingga 9 ton per hektar. Peningkatan produktivitas dapat menjamin tercukupinya kebutuhan jagung.
"Kementan jamin produksi jagung, biasanya musim tanam sama mengikuti musim padi. Pola tanam bisa monokultur, bisa tumpangsari, bisa tumpang sisip, pergiliran tanam atau pola lain. Jagung ditanam di lahan sawah, lahan kering, tadah hujan maupun integrasi dengan tanaman kelapa sawit dan lainnya, terpenting tersedia air bisa ditanam jagung," ucapnya.
 
Catatan-catatan :
 
Rata-rata jagung yang bisa dihasilkan per 1 hektar tanah adalah 6.4 ton per hektar. (target produktivitas adalah 8 hingga 9 ton per hektarnya).
 
Faktanya dengan biaya produksi sebesar Rp 15 juta per hektar akan didapatkan hasil produksi rata-rata 15 ton per hektarnya.
Harga jual jagung tongkol kering adalah 2000 hingga 2100 per Kg nya.
15 ton x 2000 = 15000 x 2000 = Rp 30 juta
Rp 30 juta - 15 juta , keuntungan bersih per hektar adalah Rp 15 juta.
 
Akumulasi produk per kabupaten di wilayah jawa timur mampu menghasilkan 180 rb ton kering tongkolan, untuk menjadi jagung pipilan kering dengan kadar air 17 %, maka tonnage menjadi 90 rb ton.
 
Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University kepada Kompas.com, Jumat (1/10/2021).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapan Musim Panen Jagung di Indonesia?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/food/read/2021/10/04/151021375/kapan-musim-panen-jagung-di-indonesia?page=all.
Penulis : Krisda Tiofani
Editor : Yuharrani Aisyah

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapan Musim Panen Jagung di Indonesia?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/food/read/2021/10/04/151021375/kapan-musim-panen-jagung-di-indonesia?page=all.
Penulis : Krisda Tiofani
Editor : Yuharrani Aisyah

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University kepada

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapan Musim Panen Jagung di Indonesia?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/food/read/2021/10/04/151021375/kapan-musim-panen-jagung-di-indonesia?page=all.
Penulis : Krisda Tiofani
Editor : Yuharrani Aisyah

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Menurut Dr. Ir. Suwarto Dosen Di Departemen agronomi dan hortikultura Fakultas pertanian mengatakan masa panen jagung, mulai dari penanaman bibit hingga panen membutuhkan waktu sekitar 4 bulan. 
Jagung bisa ditanam dua kali dalam satu tahun.
Syarat tumbuh untuk jagung yaitu ada curah hujan 100-200 mm per bulan.
Jika curah hujan kurang dari 100 mm per bulan, maka jagung bisa kekeringan dan Jagung sangat rentan terhadap kekeringan.
Selain itu jagung membutuhkan Ph tanah minimum 5.5 suhu 21-34 derajat celcius. ketinggian tanah dibawah 500 meter.
 
Pahami Rendemen
 
Menurut KBBI Rendemen diartikan dengan keuntungan atau kelebihan dalam pendapatan suatu perusahaan.
Rendemen bisa juga diartikan sebagai nilai prosentase perbandingan antara Nilai kering (output) terhadap nilai basahnya (saat panen) yang dinyatakan dengan (%).

Rendemen berbagai komoditas

1. Padi

Rendemen padi berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS) adalah 64 %, artinya dari 100 kg gabah kering bisa menjadi 64 kg beras.

2. Tebu

Output tebu adalah gula, nilai rendemen tebu dihitung dari berat gula yang dihasilkan (output) dibagi dengan berat tebu pada saat digiling x 100 %.
Umumnya rendemen tebu di petani tebu rakyat berkisar 6 % - 10 %, ini berarti dari 100 kg tebu menghasilkan  6 kg sampai 10 kg gula.
 
3. Jagung
 
Rendemen jagung mengacu pada persentase perbandingan antara jagung kering dengan jagung basah.
 
Misalnya : Panen jagung basah  berat 100 kg, setelah dikeringkan beratnya susut menjadi 80 kg, maka rendemen jagung adalah 80 %.

Cara menghitungnya  Berat kering /Berat basah x 100 %.

Rendemen jagung 80 % termasuk tinggi.

Faktor yang mempengaruhi rendemen adalah jenggel jagung dan kadar air.
Semakin kecil ukuran jenggel, rendemen semakin tinggi.
Semakin rendah kadar air  maka  rendemen semakin tinggi.
 
4. Kelapa sawit
 
Rendemen untuk sawit adalah nilai prosentase antara berat minyak sawit (Crude palm oil) atau yang dikenal dengan CPO terhadap tandan buah segar(TBS).
Nilai rendemen 20 - 25 % artinya dari 100 kg TBS akan menjadi 20 - 25 Kg CPO.
 
5. Vanili
 
Rendemen vanili berkisar antara 20-25%, yaitu hasil proses pengeringan dari polong basah menjadi kering artinya dari 100 kg polong basah vanili akan menjadi 20-25 kg polong kering vanili.
 
Berdasarkan teori rendemen komoditas, Pembelian jagung basah dengan

Modal belanja  Rp 3,200 per kilo, atau Rp. 3,200,000 per ton.

Saat dikeringkan, anggaplah kita membeli 1 ton, maka berat jagung berkurang tidak lagi 1 ton.

Meskipun harga penjualan ketika kering adalah Rp 4,000, atau Rp. 4,000,000 per ton, tapi ada penurunan berat, setelah kering tentunya berat jagung tidak lagi 1 ton.

Anggap rendemen jagung adalah 80 %, maka berat jagung kering menjadi 800 kg tidak lagi 1 ton, atau 0.8 ton.

Cara penghitungan keuntungan menjadi harga beli Rp. 3,200,000 per ton, ketika dijual menjadi  0.8 x 4,000,000 = Rp 3,200,000.

Jadi laba yang dijanjikan berasal darimana ?

Laba yang dijanjikan Rp 750/kilo atau Rp 750.000, darimana laba tersebut muncul, kemungkinan dari  penjualan - modal atau 4000-3200, hasilnya 800, Karena ketika rendemen diperhitungkan maka kita sama sekali tidak mendapatkan keuntungan.

Disini saya menemukan kejanggalan, Penawaran adalah pengolahan jagung basah, berarti jagung yang dibeli adalah basah, berapa kadar airnya ? ketika dikeringkan berapa rendemennya?

Maka ketahui dulu berapa rendemennya ? berapa kadar airnya?

Secara janji memang menggiurkan dari modal Rp 6,400,000 kita dapat keuntungan bersih Rp 1,500,000.

Namun faktanya ?

Kita belum kupas tuntas secara akuntansi, masih di hitungan sederhana rendemen, namun sudah terbongkar keuntungan yang tidak realistis.

Pengetahuan akunting sederhana dan memahami model bisnis haruslah dipahami oleh pengusaha atau investor, jika posisi masih calon investor atau calon pengusaha, maka upayakan memiliki pengetahuan ini sebagai modal awal untuk memantaskan diri. 

Tertarik ingin belajar ?

Siapapun anda dengan latar belakang pendidikan apa pun, bisa menguasai keilmuan keuangan untuk UMKM dan mengukur valuasi perusahaan Tbk, ikuti Pelatihan Corporate valuation, pelatihan secara private via whatsapp, materi dibagikan dalam bentuk modul dan video, ada group telegram khusus corporate valuation.

Biaya pelatihan 750 rb dijamin sampai mahir.

Hubungi segera whatsapp 0857 8896 5376



 
 

 


 
Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University kepada

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapan Musim Panen Jagung di Indonesia?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/food/read/2021/10/04/151021375/kapan-musim-panen-jagung-di-indonesia?page=all.
Penulis : Krisda Tiofani
Editor : Yuharrani Aisyah

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
 

 

0 comments:

Posting Komentar