Rabu, 24 Agustus 2022

Bagaimana cara meneladani Rasullulloh yang Benar ?

Tidak diragukan lagi Rasullullah adalah lelaki paling tegas dan berani, lelaki paling cerdas dan fasih bicaranya, dan lelaki paling pandai mewarnai kebahagiaan dalam rumah tangganya. Tidak diragukan lagi bahwa Rasullullah adalah contoh teladan bagi umat Islam, namun banyak yang salah meneladaninya hanya dalam bentuk simbol, cara berpakaian, cara berpenampilan, tidak kepada hal yang fundamental, benar bahwa Rasulluloh tegas dan berani, lalu bagaimana cara supaya kita umatnya juga cerdas dan berani? bagaimana cara kita sebagai suami atau istri mewarnai kebahagiaan dalam rumah tangga?

Almarhum guru saya sangat fasih dalam ilmu keislaman, bahasa arab beliau sangat fasih bukan hanya sekedar paham bahasa arab, tetapi paham juga kesusastraannya, sastra arab, beliau menguasai ilmu alat, mantik, sehingga tidak pernah kalah berdebat, namun beliau kering dari ilmu ruh.

Hingga beliau bertemu dengan Almarhum Abah Anom, beliau mulai belajar ilmu yang beliau butuhkan yaitu, ilmu ruh.

Beliau mengajarkan betapa pentingnya ilmu ruh, secara ilmu pengetahuan umat islam tahu derajat sholat berjamaah, namun berapa banyak laki-laki yang mengaku beragama islam sholat berjamaah di mesjid.

Apa yang sakit, apakah sakit fisiknya sehingga tidak melakukan sholat berjamaah di mesjid, ternyata fisiknya normal, ruh nya yang sakit.

Para pendakwah tidak lebih daripada seorang juri yang hanya bisa memvonis umatnya dengan surga dan neraka, dan dengan kata jangan, "jangan marah, jangan pelit, jangan takut", ketika ditanya bagaimana caranya supaya jangan marah, jawabannya apa, "pokoknya jangan!"

Ada yang mengajarkan pakai ilmu, kalau marah sambil berdiri duduklah, kalau marah sambil duduk berbaringlah, namun dalam kenyataannya ketika dihadapkan langsung dengan kondisi yang benar-benar membuatnya marah, semua teori itu hilang begitu saja.

Hal ini disadari oleh para salaf, dan orang-orang yang sudah kenyang dengan dunia, banyak orang-orang kaya, orang-orang cerdik pandai yang kemudian mengasingkan dirinya, dari memakai pakaian yang mewah dan mahal menggantinya dengan pakaian yang terbuat dari bulu domba, mereka melatih dirinya untuk menjauhkan dari kehidupan dunia dan mulai asyik dengan diri dan Tuhannya, kebiasaan golongan ini memakai pakaian bulu domba, maka mereka digolongkan dengan para sufi.

Sufi berasal dari kata shuffun yang berarti bulu domba

0 comments:

Posting Komentar