Selasa, 14 Juni 2022

Apa yang dimaksud dengan mata uang digital ? Mengapa kita harus paham crypto currency ? [Titip SANDAL]

 Mata Uang Digital lahir dari ketidak percayaan, teknologi informasi menyebabkan satu rahasia keuangan terbesar terbongkar, skema ponzy terbesar dan legal sepanjang sejarah dunia yaitu : Printing money.

Ketika uang sudah tidak lagi memiliki nilai intrinsik, hanya bermodalkan otoritas, maka pengendali di satu negara bisa mencetak uang tanpa harus memiliki dukungan emas (decking gold), jika yang memiliki otoritas penuh untuk mencetak uang adalah pemerintah yang sah dan amanah mungkin tidak akan menjadi persoalan, semua menjadi masalah besar ketika diketahui bahwa pengendali bukanlah pemerintah yang sah melainkan Federal reserve yang jelas-jelas dimiliki oleh investor, konglomerasi industri, perusahaan swasta global, dan lebih jauh lagi satu masyarakat elite, komunitas rahasia yang di curigai menjadi dalang pengendali arah dunia saat ini.

Kekecewaan, dan aksi ketidaksetujuan terhadap system keuangan mulai digulirkan oleh satu komunitas digital bernama "cyberpunk", ide gagasan ini terus diperbaiki dari generasi ke generasi hingga akhirnya munculah bitcoin.

Pada mulanya bitcoin tidaklah memiliki nilai, transaksi pertama dipercaya ketika seorang programmer bernama Lazlo Hanyecz, menawarkan 10.000 keping bitcoin miliknya dengan dua loyang pizza, dan tawarannya diterima oleh programmer lain yang kemudian membelikannya dengan menelpon outlet pizza di tempat terdekat dengan domisili lazlo yaitu Jacksonville, Florida, Amerika Serikat, dan membayarnya menggunakan kartu kredit, yang kemudian lazlo pun mengirimkan 10.000 keping bitcoin miliknya ke wallet temannya tersebut.

Waktu transaksi pizza itu dilakukan, Bitcoin harganya masih cuma US$ 0,008 per keping, kalau dikalikan dengan rata-rata kurs dolar terkini jumlah itu setara dengan Rp 112 per keping Bitcoin

Bukan cuma Laszlo saja yang fenomenal, berikutnya adalah sebuah keluarga dari Belanda mengaku baru saja melakukan perjalanan keliling dunia dengan bermodalkan Bitcoin. Mereka adalah keluarga Taihuttu, yang menceritakan telah keliling 40 negara di dunia sejak 2017 dengan bermodalkan Bitcoin.

Keluarga ini menggunakan campervan atau mobil van untuk keliling di berbagai negara, selama empat tahun berkeliling, keluarga itu hidup dengan Bitcoin.

Mereka telah melikuidasi aset mereka, dari akun pensiun, mobil, hingga pakaian dan mainan mereka ke Bitcoin pada 2017 silam. Saat itu harga bitcoin senilai US$ 900 per koin.

Selama perjalanan mereka memang bertekad tidak menggunakan layanan keuangan tunai dan lainnya selain Bitcoin. Untuk beberapa transaksi yang tidak bisa menggunakan Bitcoin, mereka akan memasang dompet Bitcoin di ponsel dan menukar Bitcoin dengan uang tunai.

"Kami menunggu sampai kami menemukan seseorang yang mau menerima bitcoin," kata kepala keluarga, Didi Taihuttu.

Beberapa transaksi mereka lakukan melalui kombinasi barter, tawar-menawar, kartu debit Bitcoin, dan meyakinkan vendor untuk menerima mata uang kripto. Keluarga satu ini telah berhasil melintasi sebagian besar Eropa, Asia, dan Oseania.

Dalam perjalanan mereka ada dua tempat yang sepenuhnya menggunakan bitcoin yakni ibu kota Slovenia, Ljubljana, dan desa kecil di Italia bernama Rovereto. Di Ljubljana, mereka membayar perbaikan mobil hingga tiket bioskop dengan Bitcoin.


0 comments:

Posting Komentar